Laporan
Praktikum
Dasar
– Dasar Agronomi
POLA TANAM
NAMA :
MAGHFIRA FITRA MAULANI.A
NIM : G111 16 512
KELAS : DASAR – DASAR AGRONOMI E
ASISTEN : - AZIZ
YASRIL
- NUR HUSNUL KHOTIMAH
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor
pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat
dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai
tempat, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani.
Dalam hal ini tentu tujuan utama mereka melakukan tanam adalah untuk memperoleh
hasil yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan
menggunakan hasil mereka dari bekerja. Untuk menghasilkhan hasil yang maksimal
maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan
pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman itu akan
tumbuh nantinya. Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam
dan pola tanam yang berbedaadapat menentukan tingkat produksi dalam kualitasmaupun kuantitas.
Segala
bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam pemanfaatanya untuk
budidaya tanaman guna memdapat hasil yanng sebanyak-banyaknya secara
berkelajutan. Pola tanam atau (cropping patten) adalah suatu urutan pertanaman pada
sebidang tanah selama satu periode. Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan
kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman yang mampu dilakukan tumpang
sirih. Usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan
dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama
periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami
selama periode tertentu.
Ada banyak jenis pola tanam dalam dunia
pertanian. Ada yang menguntungkan kita namun merugikan alam, ada juga yang menguntungkan
alam namun bagi kita kurang menguntungkan dari segikualitas maupun
kuantitas.Kita harus mengetahui berbagai macam tanammenanam serta polanya yang
baik bagi kita namun tidak merusak lingkungan. Berdasarkan uraian diatas perlu
dilakukan praktikum ini untuk mengupas
tentang bagaimana menanam yang baik dan cara- cara pola tanam yang benar.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui pengertian pola
tanam, dan jenis – jenis pola tanam pada tanam kacang panjang, timun dan
cabai,sawi.
Adapun
kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami dan mampu menjelaskan
pengertian pola tanam, jenis pola tanam pada tanam kacang panjang, timun dan
cabai,sawi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian
Pola Tanam
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan
pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur
menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada
satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada
satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir
beberapa jenis tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama (Mahmudin, 2008). Pola
tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang
lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman
selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak
ditanami selama periode tertentu. (Musyafa, 2011)
Faktor yang mempengaruhi pola tanam
:
1. Ketersediaan
air dalam satu tahun.
2. Prasarana
yang tersedia dalam lahan tersebut.
3. Jenis
tanah setempat.
4. Kondisi
umum daerah tersebut, misal genangan.
5. Kebiasaan
dan kemampuan petani setempat.
Pola
tanam juga bertujuan untuk meminimalisasi serangan hama, sehingga produktivitas
hasil panen yang diinginkan dapat tercapai. Dalam pelaksanaannya, Universitas
Sumatera Utara program P2T3 didaerah-daerah sering terkendala oleh sistem
sosial masyarakat yang tradisional, sehingga petani cenderung enggan merubah
komoditi tanam yang sesuai dengan anjuran pemerintah. Hal ini disebabkan oleh
mereka belum terlalu percaya dengan keuntungan-keuntungan yang dapat dicapai
oleh inovasi baru tersebut (Sudaryanto, dkk 2002).
2.2. Jenis
– Jenis Pola Tanam
Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem
monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada
lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman
lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. (Wirosoedarmo,
1985)
Dalam
pola tanam polikultur terdapat beberapa macam istilah dari sistem ini, yang
mana pengertiannya sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan
yang sama tetapi alasan dan tujuannya yang berbeda, yaitu : Tumpang campuran
yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam
waktu yang sama dan umumnya bertujuan mengurangi hama penyakit dari jenis
tanaman yang satu atau pendampingnya. Tumpang sari yaitu menanam lebih dari
satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dengan
barisan-barisan teratur. Tumpang gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis
tanaman pada satu lahan yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari
satu hasil panen. Tanaman pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam
lebih dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya yang bertujuan
untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara. Penanaman lorong
yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dengan penanaman
tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong tanaman berumur panjang
atau tanaman tahunan. Pergiliran atau Rotasi tanaman yaitu menanam lebih dari
satu jenis tanaman yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang
bertujuan untuk memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman. (Wirosoedarmo,
1985)
Sistem penanaman polikultur juga
memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman,
diantaranya adalah :
1. Persaingan
antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.
2. Dengan
beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau beragam.
3. Pertumbuhan
tanaman akan saling menghambat. (Harjadi, 1979)
2.3.
Pengertian
Mulsa
Mulsa adalah material
penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta
menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh
dengan baik. Menurut Buckman dan Brady (1986) dalam Utomo (2007) bahwa mulsa
adalah semua bahan yang digunakan pada perrmukaan tanah terutama untuk
menghalangi hilangnya semua bahan yang digunakan pada permukaan tanah terutama
untuk menghalangi hilangbya air karena penguapan atau untuk mematikan tanaman
pengganggu.
2.3.1. Macam – Macam Mulsa
a. Mulsa Organik
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti
sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa ini murah dan mudah
didapat, Keuntungan lainnya adalah mulsa ini dapat terurai sehingga menambah
kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh dari mulsa organik ialah jerami,
alang-alang, cacahan batang dan daun jagung, dan rumput-rumputan (Lisnawati,
2012)
b. Mulsa Anorganik
Mulsa
anorganik terbuat dari bahan-bahna sintetis yang sukar atau tidak dapat
terurai. Contoh dari mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam
perak, karung.Pemasangan mulsa ini dilakukan sebelum tanaman atau bibit
ditanam, kemudian dilubangi sesuai jarak tanah (Lisnawati, 2012)
2.3.2. Manfaat
Mulsa
Menurut
purwowidodo (1982) manfaat dari pemasangan mulsa adalah sebagai berikut:
a. Melindungi agregat-agregat tanah
dari daya rusak butir hujan
b. Meningkatkan penyerapan air oleh
tanah
c. Mengurangi volume dan kecepatan
aliran permukaan
d. Memelihara temperatur dan kelembaban
tanah
e. Memelihara kandungan bahan organik
tanah
f. Mengendalikan pertumbuhan tanaman
pengganggu
2.3.3. Kekurangan dan Kelebihan Mulsa
a. Mulsa Organik
1. Kelebihan
-
Dapat diperoleh secara bebas atau gratis
-
Memiliki efek menurunnya suhu tanah
-
Mengonservasi tanah dengan menekna erosi
-
Dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu
-
Menambah bahan organik karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu
2. Kekurangan
-
Tidak tersedia sepanjang musim tanam
-
Hanya tersedia disekitar sentra budidaya
-Tidak
dapat digunakan lagi untuk tanam berikutnya
b.
Mulsa Anorganik
1. Kelebihan
-
Dapat diperoleh setiap saat
-
Memiliki sifat yang beragam
-Dapat
menekan erosi
-
Mudah diangkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat
-
Dapat digunakan untuk bebedrapa musim panen
b. Kekurangan
-
Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk
-
Harga relatif mahal (Lisnawati, 2012)
BAB
III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum
pola tanam dilaksanakan di lahan percobaan pertanian (exfarm) Fakultas
Pertanian,Universitas hasanuddin, Makassar pada hari senin,20 februari 2017
pukul 16:00 sampai 17:00 wita.
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul,parang,kaleng susu,meteran
dan kawat.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit timun,bibit kacang
panjang,bibit cabai,bibit sawi,pupuk kandang,furadan,air,mulsa,bamboo dan tali
rafia.
3.3.
Prosedur kerja
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pola tanam ini yang diantarnya
yaitu :
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Membuat tiga bedengan dengan tinggi
sekitar 30 cm dan lebar sekitar 50 cm.
3.
Melakukan pemasangan mulsa pada dua
bedengan.
4.
Melubangi mulsa plastic dengan kaleng
susu yang telah dipanaskan untuk bedengan dua yang ditanam bibit timun.
5.
Melakukan penanaman bibit pada
bedengan,pada bedengan pertama ditanami bibit kacang panjang,bedengan dua
ditanami bibit timun,dan bedengan tiga ditanami sawi dan cabai.
6.
Memberikan furadan pada lubang yang
ditanami bibit timun dan kacang panjang.
7.
Membuat ajir dari bambu untuk bedengan
satu yang ditempati oleh bibit kacang panjang dan bedengan dua yang ditempati
oleh bibit timun.
8.
Melakukan perawatan dan pengamatan
setiap minggunya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pembuatan
Bedengan dan Pencampura Pupuk
Gambar 1. Pembuatan bedengan Gambar 2. Pencampuran pupuk
4.1.2. Pemberian
Mulsa Organi dan Anorganik
Gambar 3. Pemberian mulsa organik
Gambar 4. Pemberian mulsa anorganik
4.1.3. Penanaman
dan Pembuatan Ajir
Gambar 5. Penanaman
bibit sawi Gambar 6.pembuatan ajir
4.1.4. Penyiraman
Gambar
7. Penyiraman pada tanaman Gambar
8. Timun yang siap panen
yang berumur 1 minggu 3 hari
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini membahas tentang
pola tanam yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pola tanam yang
diaplikasikan pada praktikum ini. Menurut Musyafa (2011), Pola tanam merupakan usaha
yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode
waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama
periode tertentu. Pada praktikum pola tanam yang dilakukan tyerlebih dahulu
adalah pembuatan bedengan, setelah bedengan dibuat,selanjutnya pencampuran
setelah pupuk bercampur pada tahan,tutup bedengan 1 dengan mulsa organik pada
P0 tidak diberi perlakuan, P1 ditutup dengan rumput gajah, dan pada P2 ditutup
dengan daun bambu. Pada bedengan 2 diberi mulsa organik dan mulsa anorganik,
pada P3 ditutup dengan rumput gajah dan mulsa plastic, pada P4 ditutup dengan
daun bambu dan mulsa plastik, pada P5 ditutup dengan rumput gajah dan daun
bambu setelah itu tutup dengan mulsa plastik. Berdasarkan pengamatan pada
praktikum diatas,pada bedengan 1 dan bedengan 2 jenis pola tanam yang digunakan
adalah jenis pola tanam monokultur karena pada bedengan 1 dan bedengan 2 hanya
terdapat satu jenis tanaman yaitu kacang panjang dan timun. Hal ini sesuai yang
dikemukakan Wirosoedarmo
(1985),
Monokultur adalah penanaman satu
jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama.
Pada
bedengan 3 jenis pola tanam yang digunakan adalah jenis pola tanam polikultur
karena pada bedengan 3 terdapat dua jenis tanaman yaitu sawi dan cabai. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Wirosoedarmo (1985), Polikultur adalah penanaman
lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Pada bedengan 3 dilakukan
proses tumpang sari dimana proses tumpang sari adalah proses penanaman lebih
dari satu jenis tanam dalam waktu yang sama dengan barisan – barisan yang
teratur. Hal ini juga dikemukan oleh Wirosoedarmo (1985), Tumpang sari yaitu
menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama
dengan barisan-barisan teratur. Pada bedengan 3 terdapat dua jenis tanam yaitu
sawi dan cabai, pada tanaman sawi ini tumbuh dan berkembang sangat baik akan
tetapi pada tanaman cabai sama sekali tida mengalami pertumbuhan dan
perkembangan bahkan mati. Hal ini diakibat pada jenis pola tanam polikultur
juga memiliki kekurangan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam
tanah,berbagai jenis tanaman yang ditanam juga mengundang berbagai macam hama,
dan pertumbuhan tanam juga akan saling menghambat. Hal ini sesuai yang
dikemukakan Harjadi (1979) kekurangan dari jenis pola tanam
polikultur adalah. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara
dalam tanah, dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin
banyak atau beragam dan pertumbuhan
tanaman akan saling menghambat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pola tanam ini sebagai
berikut:
1.
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan
lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat
diatur menurut jenisnya.
2.
Jenis – jenis pola tanam adalah
monokultur dan polikultur.
3.
Pada bedengan 1 dan bedengan 2 pola
tanam yang digunakan adalah pola tanam monokultur pada bedengan 3 pola tanam
yang digunakan adalah pola tanam polikultur.
5.2. Saran
Adapun saran dari
praktikum ini adalah sebaiknya praktikum ini disediakan penuntun agar praktikan
tidak kebingungan untuk mengerjakan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman dan Brady
(1987) dalam Utomo.2007. Devinisi Mulsa.
Harjadi.1973.http://pdf.kg5.doc/diakses
pada tanggal 09 April 2017.
Haryadi,Lisnawati.2012.Mulsa,http://lisnawatiharyadi.blogspot.com/2012/11/mulsa-
organik- jerami.html.diakses pada tanggal 09 April 2017.
Musyafa.2012.http://Musafa_Al
Ihyar.com. diakses pada tanggal 09 april 2017.
Purwowidodo.1982.Teknologi Mulsa.Dewaruci Press.Jakarta.
Wirosoedarmo.1985.Dasar – Dasar Irigasi Pertanian.
Universitas Brawijaya:
Malang.
LAMPIRAN
Gambar
1. Bedengan 1 Gambar
2. Bedengan 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar