Sabtu, 27 Oktober 2018

Pola tanam


Laporan Praktikum


Dasar – Dasar Agronomi

POLA TANAM


 
NAMA                        : MAGHFIRA FITRA MAULANI.A
NIM                            : G111 16 512
KELAS                       : DASAR – DASAR AGRONOMI E
ASISTEN                    :  -   AZIZ YASRIL  
                                       -     NUR HUSNUL KHOTIMAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
            Sektor pertanian di indonesia memang bisa dikatakan cukup luas, hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya lahan-lahan pertanian yang terletak di berbagai tempat, oleh sebab itu rata-rata penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Dalam hal ini tentu tujuan utama mereka melakukan tanam adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan menggunakan hasil mereka dari bekerja. Untuk menghasilkhan hasil yang maksimal maka salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah pola tanam. Pelaksanaan pola tanam juga harus mengkondisikan tempat/lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya. Dalam pertanian, tanam dan pola tanam sangat diperlukan. Tanam dan pola tanam yang berbedaadapat menentukan tingkat produksi dalam kualitasmaupun kuantitas.
            Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam pemanfaatanya untuk budidaya tanaman guna memdapat hasil yanng sebanyak-banyaknya secara berkelajutan. Pola tanam atau (cropping patten) adalah suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah selama satu periode. Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman yang mampu dilakukan tumpang sirih. Usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu.
             Ada banyak jenis pola tanam dalam dunia pertanian. Ada yang menguntungkan kita namun merugikan alam, ada juga yang menguntungkan alam namun bagi kita kurang menguntungkan dari segikualitas maupun kuantitas.Kita harus mengetahui berbagai macam tanammenanam serta polanya yang baik bagi kita namun tidak merusak lingkungan. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan praktikum ini untuk  mengupas tentang bagaimana menanam yang baik dan cara- cara pola tanam yang benar.
1.2.      Tujuan dan Kegunaan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui pengertian pola tanam, dan jenis – jenis pola tanam pada tanam kacang panjang, timun dan cabai,sawi.
            Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami dan mampu menjelaskan pengertian pola tanam, jenis pola tanam pada tanam kacang panjang, timun dan cabai,sawi.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengertian Pola Tanam
                 Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama (Mahmudin, 2008). Pola tanam adalah usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. (Musyafa, 2011)
Faktor yang mempengaruhi pola tanam :
1.        Ketersediaan air dalam satu tahun.
2.        Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut.
3.        Jenis tanah setempat.
4.        Kondisi umum daerah tersebut, misal genangan.
5.        Kebiasaan dan kemampuan petani setempat.
            Pola tanam juga bertujuan untuk meminimalisasi serangan hama, sehingga produktivitas hasil panen yang diinginkan dapat tercapai. Dalam pelaksanaannya, Universitas Sumatera Utara program P2T3 didaerah-daerah sering terkendala oleh sistem sosial masyarakat yang tradisional, sehingga petani cenderung enggan merubah komoditi tanam yang sesuai dengan anjuran pemerintah. Hal ini disebabkan oleh mereka belum terlalu percaya dengan keuntungan-keuntungan yang dapat dicapai oleh inovasi baru tersebut (Sudaryanto, dkk 2002).

2.2.      Jenis – Jenis Pola Tanam
            Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. (Wirosoedarmo, 1985)
            Dalam pola tanam polikultur terdapat beberapa macam istilah dari sistem ini, yang mana pengertiannya sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama tetapi alasan dan tujuannya yang berbeda, yaitu : Tumpang campuran yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan  dalam waktu yang sama dan umumnya bertujuan mengurangi hama penyakit dari jenis tanaman yang satu atau pendampingnya. Tumpang sari yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur. Tumpang gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panen. Tanaman pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam lebih dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya yang bertujuan untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara. Penanaman lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan. Pergiliran atau Rotasi tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang bertujuan untuk memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman. (Wirosoedarmo, 1985)
            Sistem penanaman polikultur juga memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah :
1.        Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah.
2.        Dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau  beragam.
3.        Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat. (Harjadi, 1979)

2.3.      Pengertian Mulsa
                Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Menurut Buckman dan Brady (1986) dalam Utomo (2007) bahwa mulsa adalah semua bahan yang digunakan pada perrmukaan tanah terutama untuk menghalangi hilangnya semua bahan yang digunakan pada permukaan tanah terutama untuk menghalangi hilangbya air karena penguapan atau untuk mematikan tanaman pengganggu.
2.3.1.  Macam – Macam Mulsa
            a.  Mulsa Organik
                 Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa ini murah dan mudah didapat, Keuntungan lainnya adalah mulsa ini dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh dari mulsa organik ialah jerami, alang-alang, cacahan batang dan daun jagung, dan rumput-rumputan (Lisnawati, 2012)
            b. Mulsa Anorganik
                Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahna sintetis yang sukar atau tidak dapat terurai. Contoh dari mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak, karung.Pemasangan mulsa ini dilakukan sebelum tanaman atau bibit ditanam, kemudian dilubangi sesuai jarak tanah (Lisnawati, 2012)
 2.3.2.   Manfaat  Mulsa
            Menurut purwowidodo (1982) manfaat dari pemasangan  mulsa adalah sebagai berikut:
a.       Melindungi agregat-agregat tanah dari daya rusak butir hujan
b.      Meningkatkan penyerapan air oleh tanah
c.       Mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan
d.      Memelihara temperatur dan kelembaban tanah
e.       Memelihara kandungan bahan organik tanah
f.       Mengendalikan pertumbuhan tanaman pengganggu
2.3.3.  Kekurangan dan Kelebihan Mulsa
            a. Mulsa  Organik
            1. Kelebihan
- Dapat diperoleh secara bebas atau gratis
- Memiliki efek menurunnya suhu tanah
- Mengonservasi tanah dengan menekna erosi
- Dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu
- Menambah bahan organik karena mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu
            2. Kekurangan
- Tidak tersedia sepanjang musim tanam
- Hanya tersedia disekitar sentra budidaya
-Tidak dapat digunakan lagi untuk tanam berikutnya
b. Mulsa Anorganik
            1. Kelebihan
- Dapat diperoleh setiap saat
- Memiliki sifat yang beragam
-Dapat menekan erosi
- Mudah diangkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat
- Dapat digunakan untuk bebedrapa musim panen
            b. Kekurangan
- Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk
- Harga relatif mahal (Lisnawati, 2012)




BAB III
METODOLOGI
3.1.      Tempat dan Waktu
            Praktikum pola tanam dilaksanakan di lahan percobaan pertanian (exfarm) Fakultas Pertanian,Universitas hasanuddin, Makassar pada hari senin,20 februari 2017 pukul 16:00 sampai 17:00 wita.
3.2.      Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul,parang,kaleng susu,meteran dan kawat.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit timun,bibit kacang panjang,bibit cabai,bibit sawi,pupuk kandang,furadan,air,mulsa,bamboo dan tali rafia.
3.3.      Prosedur kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pola tanam ini yang diantarnya yaitu :
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Membuat tiga bedengan dengan tinggi sekitar 30 cm dan lebar sekitar 50 cm.
3.      Melakukan pemasangan mulsa pada dua bedengan.
4.      Melubangi mulsa plastic dengan kaleng susu yang telah dipanaskan untuk bedengan dua yang ditanam bibit timun.
5.      Melakukan penanaman bibit pada bedengan,pada bedengan pertama ditanami bibit kacang panjang,bedengan dua ditanami bibit timun,dan bedengan tiga ditanami sawi dan cabai.
6.      Memberikan furadan pada lubang yang ditanami bibit timun dan kacang panjang.
7.      Membuat ajir dari bambu untuk bedengan satu yang ditempati oleh bibit kacang panjang dan bedengan dua yang ditempati oleh bibit timun.
8.      Melakukan perawatan dan pengamatan setiap minggunya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil
4.1.1.   Pembuatan  Bedengan dan Pencampura Pupuk
           



Gambar 1. Pembuatan bedengan                     Gambar 2. Pencampuran pupuk
4.1.2.   Pemberian Mulsa Organi dan Anorganik
           



Gambar  3. Pemberian mulsa organik                Gambar 4. Pemberian mulsa anorganik
4.1.3.   Penanaman dan Pembuatan Ajir



Gambar 5. Penanaman bibit sawi                      Gambar 6.pembuatan ajir
4.1.4.   Penyiraman



Gambar 7. Penyiraman pada tanaman              Gambar 8. Timun yang siap panen
     yang berumur 1 minggu 3 hari
4.2.      Pembahasan
            Pada praktikum ini membahas tentang pola tanam yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pola tanam yang diaplikasikan pada praktikum ini. Menurut Musyafa (2011), Pola tanam merupakan usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Pada praktikum pola tanam yang dilakukan tyerlebih dahulu adalah pembuatan bedengan, setelah bedengan dibuat,selanjutnya pencampuran setelah pupuk bercampur pada tahan,tutup bedengan 1 dengan mulsa organik pada P0 tidak diberi perlakuan, P1 ditutup dengan rumput gajah, dan pada P2 ditutup dengan daun bambu. Pada bedengan 2 diberi mulsa organik dan mulsa anorganik, pada P3 ditutup dengan rumput gajah dan mulsa plastic, pada P4 ditutup dengan daun bambu dan mulsa plastik, pada P5 ditutup dengan rumput gajah dan daun bambu setelah itu tutup dengan mulsa plastik. Berdasarkan pengamatan pada praktikum diatas,pada bedengan 1 dan bedengan 2 jenis pola tanam yang digunakan adalah jenis pola tanam monokultur karena pada bedengan 1 dan bedengan 2 hanya terdapat satu jenis tanaman yaitu kacang panjang dan timun. Hal ini sesuai yang dikemukakan Wirosoedarmo (1985), Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan waktu penanaman yang sama.
            Pada bedengan 3 jenis pola tanam yang digunakan adalah jenis pola tanam polikultur karena pada bedengan 3 terdapat dua jenis tanaman yaitu sawi dan cabai. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wirosoedarmo (1985), Polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Pada bedengan 3 dilakukan proses tumpang sari dimana proses tumpang sari adalah proses penanaman lebih dari satu jenis tanam dalam waktu yang sama dengan barisan – barisan yang teratur. Hal ini juga dikemukan oleh Wirosoedarmo (1985), Tumpang sari yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur. Pada bedengan 3 terdapat dua jenis tanam yaitu sawi dan cabai, pada tanaman sawi ini tumbuh dan berkembang sangat baik akan tetapi pada tanaman cabai sama sekali tida mengalami pertumbuhan dan perkembangan bahkan mati. Hal ini diakibat pada jenis pola tanam polikultur juga memiliki kekurangan adanya persaingan untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah,berbagai jenis tanaman yang ditanam juga mengundang berbagai macam hama, dan pertumbuhan tanam juga akan saling menghambat. Hal ini sesuai yang dikemukakan Harjadi (1979) kekurangan dari jenis pola tanam polikultur adalah. Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah, dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau  beragam dan pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari praktikum pola tanam ini sebagai berikut:
1.      Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.
2.      Jenis – jenis pola tanam adalah monokultur dan polikultur.
3.      Pada bedengan 1 dan bedengan 2 pola tanam yang digunakan adalah pola tanam monokultur pada bedengan 3 pola tanam yang digunakan adalah pola tanam polikultur.
5.2.      Saran
            Adapun saran dari praktikum ini adalah sebaiknya praktikum ini disediakan penuntun agar praktikan tidak kebingungan untuk mengerjakan laporan.














DAFTAR PUSTAKA
Buckman dan Brady (1987) dalam Utomo.2007. Devinisi Mulsa.
Harjadi.1973.http://pdf.kg5.doc/diakses pada tanggal 09 April 2017.
Haryadi,Lisnawati.2012.Mulsa,http://lisnawatiharyadi.blogspot.com/2012/11/mulsa- organik- jerami.html.diakses pada tanggal 09 April 2017.
Musyafa.2012.http://Musafa_Al Ihyar.com. diakses pada tanggal 09 april 2017.
Purwowidodo.1982.Teknologi Mulsa.Dewaruci Press.Jakarta.
Wirosoedarmo.1985.Dasar – Dasar Irigasi Pertanian. Universitas Brawijaya:
                                    Malang.










LAMPIRAN











Gambar 1. Bedengan 1                                    Gambar 2. Bedengan 2








           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar