Laporan
Praktikum
Dasar
– Dasar Agronomi
PUPUK ORGANIK CAIR
NAMA :
MAGHFIRA FITRA MAULANI.A
NIM : G111 16 512
KELAS : DASAR – DASAR AGRONOMI E
ASISTEN : - AZIZ
YASRIL
- NUR HUSNUL KHOTIMAH
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahun
ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia. Sungguh
ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan produksi pangan bagi kehidupan.
Tidak heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh manusia terus merosot.
Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu yang membahayakan bagi
kehidupan. Pengaplikasiannya mampu memperkaya sekaligus mengembalikan
ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan dengan aman. Pupuk
adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik
sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik
ataupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam
bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, briket, atau granul. Pemilihan
bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya
Pupuk organik adalah
nama kolektif untuk semua jenis bahanorganik asal tanaman dan hewan yang dapat
dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Penggunaan pupuk organik tidak
meninggalkan residu yang membahayakan bagi kehidupan. Pengaplikasiannya mampu
memperkaya sekaligus mengembalikan ketersediaan unsur hara bagi tanah dan
tumbuhan dengan aman.
Nilai
tambah dari penggunaan pupuk organik diketahui bersama
seperti produk pertanian dengan menggunakan pupuk organik
mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibanding dengan pertanian anorganik (pupuk buatan pabrik), apalagi dipadukan dengan penggunaan pestisida organik dimana produknya dikenal sebagai beras organik non pestisida, mempunyai harga jual hampir dua kali dari produk
pertanian anorganik. Meskipun segmen pasarnya masih tertentu,
misalnya jaringan perhotelan, supermarket dengan pelanggan orang
asing, restoran-restoran dll.
Pupuk organik adalah
nama kolektif untuk semua jenis bahanorganik asal tanaman dan hewan yang dapat
dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman
Berdasarkan hal tersebut
maka dipandang perlu untuk melakukan praktikum pembuatan pupuk organik cair
sehingga kita dapat memahami cara pembuatan pupuk dan memanfaatkan limbah.
1.2.Tujuan dan
Kegunaan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui pengertian
pupuk organic cair, dan cara
membuat pupuk cair organik dengan menggunakan bahan yang ada disekitar dan EM4.
Adapun
kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami dan
memanfaatkan pembuatan pupuk organik cair dari tumbuh-tumbuhan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pupuk
Organik Cair
Pupuk organik adalah
pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahanorganik yang
berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan mensuplai
bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa pupuk organik lebih ditujukankepada kandungan C-organik atau bahan
organik daripada kadar haranya, nilai
C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik (Ayub Pranata, 2004).
Pupuk Cair Organik adalah zat penyubur
tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. Pupuk cair
merupakan salah satu jenis proses fermentasi. Secara garis besar prduk
fermentasi dibedakan atas produk pangan, kesehatan, energi dan lingkungan.
Contoh produk makanan adalah keju, tape, kecap, tempe, oncom dan sebagainya.
Produk kesehatan yang paling dominan adalah produksi antibiotika, vitamin dan
alkohol. Dalam bidang energi misalnya produksi bioetanol, metanol, metana dan
sebagainya. Dalam bidang lingkungan misalnya kompos, biopestisida, dan
sebagainya(Ayub.S, 2004).
2.2. Kandungan
Pupuk Organik Cair
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus yaitu bahan
organic basah atau bahan organic yang mempunyai kandungan air tinggi seperti
sisa buah-buah dan sisa sayuran (wortel, labu, sawi,selada, kulit jeruk,
pisang, durian, kol). Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organic (C/N
ratio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah
terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman (Djuarni, 2006).
Sebelum
membuat pupul cair EM organic yang berbahan baku sampah organic, perlu dibuat
molase dan pembiakan bakteri EM.
1. Pembuatan Molase
Molase,
yaitu: sari tetes tebu (biang gula). Atau pembuatan Molase bisa juga dengan
melarutkan gula merah/putih ke dalam air bersih (tanpa kaporit) dengan
perbandingan 1:1
2. Pembiakan Bakteri EM-4
Cara
pembuatan:
a) Panaskan 5 lt air air sampai mendidih
b) Masukkan bekatul, molase dan terasi, aduk hingga rata
c) Dinginkan adonan tsb hingga suhu kamar
d) Setelah dingin masukkan cairan EM, aduk hingga rata.
e) Tutup rapat selama 2 hari, jangan dibuka-buka.
f) Pada hari ke-3 dan selanjutnya, penutup jangan terlalu
rapat,
g) Aduk-aduk setia harinya selama ± 10 menit
h) Setelah 1 minggu, bakteri sudah dapat diambil dan
disaring, masukkan ke dalam botol
i) Simpan botol di ruang sejuk dan tidak terkena sinar
matahari langsung. Cairan EM siap digunakan untuk membuat pupuk organic
j) Agar bakteri mendapat kebutuhan oksigen, tutup botol
jangan terlalu rapat atau biarkan terbuka.
Kompos
cair bisa diberikan kepada tanaman maupun media tanam (tanah). Akan tetapi akan
lebih efektif jika disemprotkan langsung ke daun, terutama permukaan bawahnya.
Cara ini lebih efektif karena bagian permukaan bawah daun dapat menyerap
nutrisi dengan cepat dan efektif. Karenanya, aplikasi langsung ke daun akan
memberikan efek kesuburan lebih cepat terlihat dibanding disemprotkan ke bagian
lain dari tanaman. Tidak hanya itu, pemberian kompos cair sebagai pupuk pada
tanaman, juga lebih efisien. Sebab jumlah (volume) yang diberikan cukup
kecil (Djuarni, 2006).
2.3.
Manfaat
Pupuk Organik Cair
Banyak petani yang
enggan menggunakan pupuk organik cair karena dianggap kurang efektif dalam
menutrisi tanaman, padahal pupuk organik mengandung berbagai jenis unsur hara
yang jauh lebih lengkap dibandingkan pada pupuk kimia. Meskipun mengandung
berbagai unsur yang dalam kadar yang lebih kecil dibandingkan kadar yang
terkandung pada pupuk kimia, namun kandungan alami pada pupuk organik cair
sesuai dengan karakteristik tanah sehingga tanah dan tanaman dapat menyerap
nutrisi dengan lebih mudah. Kelebihan
pupuk organik cair yang lain yaitu mengandung berbagai mineral, juga
zat-zat esensial yang dibutuhkan tanah dan tanaman, serta hormon pertumbuhan
tanaman (Calvin, 2015).
Tidak hanya itu, pupuk
organik terutama pupuk organik cair akan secara lebih baik merangsang pertumbuhan
tanaman dan dapat secara efektif meningkatkan kapasitas tukar kation pada
tanah, bila dibandingkan dengan pupuk kimia. Kapasitas tukar kation adalah
kemampuan tanah untuk meningkatkan interaksi antar ion-ion di dalam tanah
sehingga mampu menyediakan berbagai unsur yang dibutuhkan tanaman. Bahan
organik yang digunakan sebagai dasar POC akan mampu mengurangi jumlah unsur
hara yang terikat mineral tanah, sehingga semakin banyak unsur hara tersedia
bagi tanaman. Pupuk berbahan kimia menutrisi tanaman dengan memberikan nutrisi
yang dapat diserap tanaman, tetapi tidak dapat menggantikan peran bahan organik
(Calvin, 2015).
2.4.
Pengaplikasian
POC
Penggunaan pupuk organik padatan sebaiknya dibarengi dengan
penggunaan pupuk organik cair. Nutrisi yang terkandung pada POC akan lebih
mudah diserap oleh tanaman. POC akan lebih efektif dan efisien bila
dipalikasikan pada daun, bunga dan batang, dibandingkan dengan media tanam
kecuali untuk metode hidroponik. POC berperan pula sebagai perangsang tumbuh,
terutama saat tanaman berasa pada peralihan fase vegetatif ke generatif atau
saat tumbuhan mulai bertunas. Memberikan POC melalui bagian daun atau batang
akan memudahkan tanaman menyerapnya melalui pori-pori atau stomata pada daun
(Calvin, 2015).
Setiap bagian tanaman memiliki
kapasitas yang berbeda-beda saat menyerap nutrisi yang tersedia. Umumnya,
tanaman hanya mampu menyerap sekitar 2% unsur hara setiap harinya, seperti
kapasitas yang diperkirakan dimiliki oleh daun. Karenanya, menggunakan POC akan
lebih efektif bila digunakan. Untuk mencegah pemberian berlebih atau nutrisi
yang overdosis bagi tanaman, POC dapat dibuat encer, dan tidak lebih dari 2%.
Untuk membuatnya encer, dapat dilakukan pengenceran seratus kali yang berarti
bahwa 1 liter pupuk diencerkan pada 100 liter AIR. Perbandingan 1 : 100 yang
akan menghasilkan persentasi 1% tersebut dapat disesuaikan dengan
kebutuhan/volume POC yang dibutuhkan. Bila hanya membutuhkan 1 liter POC, maka
dapat dibuat dengan melarutkan air bersama dengan 0.25 liter pupuk (Calvin, 2015).
2.5. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan POC
Menurut Kusuma (2012), dalam
pembuatan pupuk cair ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dan tingkat kegagalannya, yang nantinya dapat mempercepat proses
fermentasi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam
pembuatan pupuk cair diantaranya adalah:
1.
Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting
bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup dalam kondisi suhu yang sangat beragam.
Bakteri yang menguntungkan umumnya hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan
mahluk hidup lainnya yakni berkisar 180C - 400C. Suhu
lingkungan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan denaturasi atau kerusakan
protein dan komponen sel lainnya pada bakteri dekomposer sehingga dapat
mengakibatkan kematian. Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat mengakibatkan
mobilitas bakteri terhambat, dan jika terjadi kenaikan suhu secara ekstrim
bakteri akan mati.
Bakteri dekomposer populasinya
sedikit atau berkurang dapat menghambat proses dekomposisi bahan, suhu yang terlalu
tinggi juga berdampak negatif terhadap perkembangbiakan bakteri dekomposer.
Pada suhu ekstrim bakteri yang dapat berkembang cenderung bakteri yang bersifat
patogenik, jadi jika suhu terlalu tinggi besar kemungkinannya bahan
terkontaminasi oleh bakteri patogenik.
3.
Kelembaban
Bakteri dapat berkembangbiak pada
kondisi kelembaban yang relatif tinggi yakni RH mencapai ± 60%, kelembaban
tinggi berarti lingkungan cenderung berair, bakteri sangat menyukai pada
kondisi lingkungan yang relatif berair.
4.
Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber
kehidupan bagi mahluk hidup termasuk bakteri yang notabene merpakan mahluk
tingkat rendah. Akan tetapi untuk dapat berkembang biak dengan optimal media
yang berisi fementasi bahan untuk pupuk cair sebaiknya diletakkan pada tempat
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sinar matahari secara
langsung dapat meningkatkan suhu pada media secara signifikan yang dapat
merusak protein dan komponen sel lainnya, sitoplasma bakteri bocor sehingga
bakteri dapat mengalami kematian yang berdampak pada lambatnya fermentasi
bahakan bahan besar kemungkinannya tidak terfermentasi.
5.
Ukuran bahan
Sumber makanan bakteri dekomposer
adalah bahan organik, termasuk buah dan sayuran. Dekomposisi yang berhasil
dicirikan dengan bahan yang difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas
bakteri yang tinggi. Sumber makanan yang dimaksud adalah sayuran dan buah –
buahan, agar proses dekomposisi cepat pada praktikum dilakukan pemotongan buah
dan sayur dengan menggunakan pisau atau gunting. Jika ukuran bahan terlalu
besar maka dekomposisi akan berlangsung relatif lebih lama.
6.
Komposisi media
Komposisi media yang digunakan harus
seimbang dengan larutan yang digunakan. Dalam pembuatan pupuk cair digunakan
larutan EM4 dan dedak serta molase dan air secukupnya. Komposisi larutan EM4
harus sesuai dengan jumlah bahan yang akan digunakan. Apabila larutan EM4
kurang atau lebih sedikit, maka kemungkinan besar pupuk cair akan gagal dan
bahan akan cepat membusuk.
7.
Waktu pembuatan
Pembuatan pupuk cair organik
sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau pagi hari dimana intensitas
cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban tidak terlalu tinggi. Misalnya
dilakukan pada siang hari diusahakan tempat pembautan pupuk dilakukan pada
tempat yang terhalang intensitas cahaya matahari secara langsung. Kontaminansi
dengan bakteri patogenik pada awal pembuatan akan sangat berbahaya, bakteri
patogenik cenderung dapat berkembang biak dari suhu yang relatif tinggi.
Bakteri patogenik juga dapat menyebar dari penggunaan bahan yang busuk.
Proses pembuatan pupuk cair bahan
yang digunakan sebaiknya tidak busuk, hal ini dikarenakan pada bahan yang busuk
kemungkinan terjadinnya kontaminasi dari mikroba lain (mikroba merugikan)
sangat besar, hal ini dikarenakan pada bahan yang telah busuk sudah dapat
dipastikan ada penyebabnya, hal ini tidak boleh terjadi, karena berdampak pada
tingkat keberhasilan dalam proses pembuatan pupuk cair yang akan dibuat. Pada
intinya di dalam bahan yang sudah mengalami pembusukan akan menghambat proses
fermentasi yang dilakukan mikoorganisme yang menjadi starter yang telah di
siapkan, sehingga proses fermentasi akan terhambat dan akhirnya tingkat
keberhasilan bisa dapat dipastikan akan kecil. Ciri-ciri dari pembuatan pupuk
cair yang tidak jadi adalah dari bau yang dihasilkan, apabila berbau busuk dan
menyengat pupuk itu dinyatakan gagal, hal ini mungkin disebabkan juga karena
bahan yang digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat proses
fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya mengalami kompetisi dan pada akhirnya
sama-sama mengalami kematian ( Kusuma, 2012).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
pupuk organik cair ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 14 Maret 2017 pada
pukul 16.00-17.30 WITA di kebun lahan percobaan (exfarm), Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ember dan
kantong plastik. Sedangkan, bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
sabun colek, bonggol pisang, pepaya yang tidak layak komsumsi, pisang yang
tidak layak komsumsi, gula merah cair, air kelapa, EM4, air cucian beras, dan
daun gamal.
3.3.
Peosedur Kerja
Adapunprosedur kerja
pada praktkum ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan
semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mencacah
semua bahan yang digunakan dan di tampung ke dalam kantong plastik
3. Memasukkan
air beras, air gula merah, air kelapa ke dalam ember kemudian diaduk dan
menambahkan air secukupnya.
4. Memasukkan
bahan yang telah dicacah yang ditampung dalam kantong plastik kedalam ember
yang telah berisi campuran air beras,
air kelapa, dan air gula merah.
5. Menambahkan larutan
EM4 ke dalam ember tersebut dan diaduk sampai tercampur rata.
6. Memberikan
sedikit olesan sabun colek pada mulut ember.
7. Menutup
ember dengan rapat menggunakan latban dan memastikan tidak ada rongga yang
dapat ventilasi agar proses aerasi tidak berlangsng dan menghalangi
mikroorganisme untuk masuk.
8. Melakukan
pengadukan setiap satu kali seminggu.
9. Waktu
fermentasi 2-3 minggu.
10. Setelah
beberapa minggu pupuk dapat digunakan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Gambar 1. Pencacaan bonggol pisang Gambar 2. Pengolesan lem pada pinggiran ember
Gambar
3. pengadukan
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini membahas tentang pola tanam yang bertujuan
untuk mengetahui jenis-jenis pola tanam yang diaplikasikan pada praktikum ini mengetahui pengertian pupuk
organic cair, dan cara
membuat pupuk cair organik dengan menggunakan bahan yang ada disekitar. Menurut
Ayub.S, (2004) Pupuk
Cair Organik adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik
dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses fermentasi.
Secara garis besar prduk fermentasi dibedakan atas produk pangan, kesehatan,
energi dan lingkungan. Pada pembuatan POC, menggunakan bahan limbah rumah
tangga atau bahan-bahan organic. Pada awal dilakukan pencacahan pada bahan
organik agar mudah di olah oleh mikroorganisme yang bahannnya terdiri dari
bonggol pisang, pisang busuk, papaya busuk, semua bahan yang telah dicacah
dicampurkan kemudian ditambah dengan air cuci beras, air gula, air kelapa dan
Em4 yang berguna sebagai sumber makanan mikroorganisme. Em4 berfungsi sebagai
pengaktif bakteri yang akan berperan pada proses pembuatan POC, terakhir
dilakukan penutupan pada ember yang berisi semua campuran semua bahan. Pada pinggiran
ember diberi sabun agar tidak ada kontaminasi dari luar yang dapat menyebabkan
gagalnya pembuatan POC. Kemudian ditutup dan diberi lakban pada pinggir agar
ember dapat tertutup dengan rapat. Tunggu sekitar 2 minggu untuk memanen POC.
Ketika aromanya berbau seperti tape, maka POC berhasil,akan tetapi pada
praktikum ini,POC yang dibuat gagal, POC tersebut tidak menampakkan cirri-ciri
POC yang berhasil.Seperti yang dijelaskan oleh Purwendro
(2007) bahwa pupuk organik cair yang siap untuk digunakan jika telah terjadi
fermentasi yang matang dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana
fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada
permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning
kecoklatan dengan bau seperti anggur atau tape.
Pengaplikasian POC ditujukan untuk memaksimalkan pertumbuhan
buah dan aplikasinya dilakukan pada saat fase penanaman. Selain itu, pupuk
organik cair juga dapat memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hadisuwito (2012) pupuk organik cair memiliki kelebihan antara
lain mengandung dan mampu menyediakan unsur hara lengkap yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk tumbuh, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur tanah,
memperbaiki mikroorganisme dalam tanah, dan pembgiannnya dapat lebih merata dan
mudah digunakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil peraktikum yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Pupuk
organik cair adalah larutan yang berasal dari hasil pembusukan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur yang dibuat dengan menambahkan
EM4.
2. EM4
merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat berupa larutan coklat dengan
pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme aerob dan anaerob yyang berfungsi untuk
mengaktifkan bakteri pelarut.
3. Pupuk
organik cair yang siap untuk digunakan jika telah terjadi fermentasi yang
matang dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang
berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan.
Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dengan
bau seperti anggur atau tape.
5.2. Saran
Adapun saran dari
praktikum ini adalah dalam melaksanakan praktikum dan pengamatan hendaknya
lebih serius dan memperhatikan petunjuk/arahan dari asisten agar meminimalisir
hal-hal yang tidak diinginkan dan praktikan diharapkan mampu mengaplikasikan
hasil dari praktikum ini agar dapat mengolah pertanian menjadi sesuatu yang
lebih berguna.
DAFTAR PUSTAKA
Calvin, 2015. Manfaat dan kelebihan pupuk organic cair. Artikel.
http://obatpertanian.com/manfaat-dan-kelebihan-pupuk-organik-cair.html/. Diakses pada tanggal 15 April 2017
Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi
Susilo.2006. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta:AgroMedia.Hal 36-38
Hadisuwito, S. 2012. Membuat pupuk organik cair. PT
Agromedia Pustaka : Jakarta.
Kusumah, Galih, 2014. Uji daya hambat dari ekstrak
tanaman pacar air (Impatiens balsamica L) terhadap pertumbuhan bakteri
Aeromonas hydrophila. PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT, Manado. Vol 2,
No.1 (2014).
Parnata, Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair.
Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18.
Purwendro, D. dan Nurhidayat T.
2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar
1. Penutupan Ember Gambar
2. Pemberian sabun pada pinggiran ember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar