Sabtu, 27 Oktober 2018

laporan Praktikum Agroteknologi- Maghfira fitra maulani: pupuk bekas kascing

laporan Praktikum Agroteknologi- Maghfira fitra maulani: pupuk bekas kascing: LaporanPraktikum Dasar- d asarAgronomi PUPUK BEKAS CACING (KASCING) Nama               : Maghfira Fitra Maulani.A ...

pupuk bekas kascing


LaporanPraktikum
Dasar-dasarAgronomi

PUPUK BEKAS CACING
(KASCING)




Nama               : Maghfira Fitra Maulani.A
Nim                 : G11116512
Kelas               : Dasar-DasarAgronomi E
Asisten            : 1. Aziz Yasril
                                                  2. Nur HusnulKhotimah


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetic dan faktor lingkungan.Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Diantara 105 unsur yang ada di atas  permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur yang mutlakdiperlukan  oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan sempurna.
Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar, trubus, batang, biomassa, naungan atau penampilan.
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: Bahan induk, Iklim, Relief, Organisme, atau  Waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.
Salah satu organisme yang berperan bagi kesuburan tanah adalah cacing. Cacingadalahsuatumakhlukmakro yang beradadalamtanah, sebagaipenguraijasadlain, mulaidarihewan yang mati, daungugur, akar yang matihinggajasadmanusia yang telahtutupusiahinggabatukapur.
Untuk itu, dilakukan praktikum mengenai “kascing” untuk mengetahui peran cacing dalam hal kesuburan tanah. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Kascingbaikuntukpertumbuhantanamansecara optimal karenaselaindapatmemperbaikisifatfisik, kimia, danbiologitanah (khususnyapadatanah yang kurangsubur), juga tidakmemberiefeknegatifterhadaplingkungannya.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannnya praktikum pembuatan pupuk bekas cacing adalah untuk mengetahui proses pembuatan pupuk organik dengan pemanfaatan bahan organik dan organisme berupa cacing serta mengetahui pengaruh pengaplikasian pupuk kascing terhadap tanaman.
Kegunaan dari praktikum pembuatan kascing adalah agar mahasiswa dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan mengenai proses pembuatan kascing mulai dari penyiapan alat dan bahan hingga pengaplikasiannya. Selain itu, untuk menyelesaikan mata kuliah Dasar-dasar Agronomi.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kascing
Kascing adalah merupakan bahan organik hasil dari kotoran cacing yang bercampur dengan tanah atau bahan organik lainnya. Pupuk kascing merupakan bahan organik yang cukupbaik karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah khususnya pada tanah yang kurang subur seperti tanah jenis ultisol, juga tidak mempunyai efek negatif terhadap lingkungan yang terdapat pada daerah sub tropis basah dimana proses pelapukan sudah lanjut. Kandungan hara dan sifat kimia kascing lebih beragam dibanding dengan kompos dan pupuk organik lainnya. Pupuk kascing merupakan bahan organik yang baik bagi pertumbuhan tanaman secara optimal karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah khususnya pada tanah-tanah yang kurang subur juga tidak memberi efek negatif terhadap lingkungannya (Simanjuntak, 2009).
Kascing merupakan pupuk yang bersumber dari perombakan bahan-bahan
organik dengan bantuan mikroorganisme dan cacing. Secara agronomi perannya
sebagai sumber bahan organik bagi tanaman, dan sangat bermanfaat dalam pemulihan kemampuan lahan yang digunakan untuk kegiatan penanaman. Kascing juga sebagai pupuk yang ramah lingkungan, aman untuk digunakan pemacu pertumbuhan dan produksi tanaman. Berdasarkan penelitian Arifah, (2013) penggunaan kascing dibanding dengan kompos menunjukkan pada kascing pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy lebih baik (Arifah, 2014).
Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacingmerupakan produk sampingan dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing
mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, sertamengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yangmerupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Oka, 2007).
Kualitas kascing, ditentukan oleh pakandari cacing tersebut. Sesuai dengan pendapat Setiadji, dan Hartati. (2012) dan Arifah (2013) pakan yang diberikan kepada cacing akan menentukan jumlah dan kualitas kascing yang dihasilkan. Secara umum yang dapat dijadikan bahan pakan cacing berupa limbah-limbah
organik, seperti limbah sayuran, serbuk gergaji atau sisa media jamur, limbah
hijauan, kotoran ternak, pelepah, daun, batang dan bongkol pisang, limbah jerami padi, ampas tahu, Mengingat setiap bahan pakan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah dan kualitas kascing maka jika dikombinasi bahan-bahan tersebut kemudian diberikan dengan komposisi tertentu juga akan berpengaruh terhadap kualitas kascing. Pada penelitian ini akan menganalisiskualitas kascing yang diberikan kepada cacing sebagai bahan pakan dengan beberapa macam kombinasi komposisi pakan tersebut di atas. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Dedi (2013), kombinasi pakan 50-65 % bahan hijauan + 30 % kotoran + serbuk gergaji 10-15 %, dapat meningkatkan selera makan cacing dan menghasilkan kuantitas dan kualitas kascing. Berdasarkan pengamatan di lapang bahan pakan yang cocok akan mempercepat cacing dalam menghasilkan kascing. Pemberian hanya rumen, cairan kotoran ternak, ampas tahu secara terpisah sebagai pakan cacing didapat kandungan hara N,P,K yang berbeda (Arifah, 2014).
2.2 Kandungan Kascing
Kascing banyak mengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang bermanfaatbagi tanaman. Menurut Sathianarayanan dan Khan.(2008) pada kascing terdapat zat perangsang tumbuh seperti giberlin, sitokinin, ausin dan unsur hara N,P,K, Mg, Ca,serta bakteri azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non simboltik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Kascing juga mengandung berbagai unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman seperti Fe, Mn, Zn, Bo dan Mo (Munroe, 2003 dalam Arifah, 2014).
Pupuk kascing mengandung unsur hara seperti N, P, K, C a, Mg, S, Fe dan unsur lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman. Palungkun (1999) menyatakan bahwa komponen-komponen biologis yang terkandung dalam pupuk kascing adalah hormon pengatur tubuh giberallin, sitokinin dan hormon auksin juga tidak mempunyai efek negatif terhadap lingkungan (Simanjuntak, 2009).
Menurut Simanjuntak (2009), Pupuk kascing mempunyai pH netral 5 sampai 7.4 dan rata-rata 6.9 komposisi kascing adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi komponen-komponen kimia pada pupuk kascing
Sumber: Palugkung (1999) dalam Simanjuntak (2009)
2.3 Manfaat Kascing
Manfaat kascing sebagai pupukorganik yang ramah lingkungan, dapat mengembalikan kemampuan lahan atau media tanam, sehingga penggunaan
kascing didalam kegiatan penanaman, perlu digalakkan pemakaiannya, namun
permasalahannya, bagaimanakah kualitas kascing yang dihasilkan jika cacing tanah tersebut diberikan pakan dengan komposisi yang berbeda dan memanfaatkan bahan lokal yang ada disekitar pembudidayaan cacing (Arifah, 2014).
Pada tanaman yang tanpa Kascing unsur hara yang dikandung dalamtanah tidak bertambah, oleh sebab itu tanaman tumbuh lebih pendek karena pembelahan sel pada ujung batang berkurang dan pembentukan cabang daun menjadi lebih sedikit dibanding pada tanaman yang diberi Kascing. Dengan berkurangnya tinggi tanaman, daun yang terbentuk menjadi lebih sedikit. Hasil asimilasi tanaman jugamenurun, yang akanmenyebabkan penurunan berat basah tanaman serta berat kering tanaman. Menurut Gardner6), berat kering tanaman budidayamerupakan penimbunan hasil asimilasi CO2 sepanjang masa pertumbuhan. Pemberian Kascing sebagai pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan dapat mempertahankan kestabilandan aerasi tanah. Selain mengandung unsur hara utama (N, P, K, Mg dan Ca), Kascing juga banyak mengandung mikroba Azotobacter sp. Dengan demikian Kascing dapat meningkatkan kesuburan tanah. Dengan pemberianKascingmaka diasumsikanmineral danmikroorganisme yang dapatmenyuburkan tanah bertambah sehingga dengan adanya kandungan hara yang tinggi disertai fitohormon tinggi tanaman dapat tumbuh lebih baik dan
pertumbuhan akan lebih baik pula (Oka, 2007).
Hasil penelitian Oka (2007) terhadap pemberian kascing pada tanaman kangkung membuktikan bahwa dengan penambahan kascing pada pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung lebih berpengaruh positif dibandingkan tanpa pemberian kascing
Tabel 2. Rerata dan simpangan baku tinggi, berat basah, dan berat kering tanaman kangkung dalam satu rumpun
Sumber: Oka (2007).
Abbas (1991) dalam Simanjuntak (2009) berpendapat bahwa pemberian bahan organik berpengaruh positif dalam meningkatkan pembentukan bahan kering tanaman. Dengan pemberian bahan organik 2.5 g kascing bibit dapat menghasilkan bobot kering tanaman jagung sebesar 53.53 g/pot, lebih tinggi bila dibandinkan dengan yang tidak diberi bahan organik yang hasilnya hanya 38.47% g/pot (Simanjuntak, 2009).
2.4 Teknik Pengaplikasian Kascing
Aplikasi pupuk kascingdilakukan 2 minggu sebelum benih ditanamdi polybag dengan dosis sesuai dengan perlakuan masing-masing. Aplikasi dilakukan dengan cara mengaduk pupuk kascing dengan media (top soil) yang telah diisi pada polybag (Nahampun, 2009).
Menurut Fauzi, dkk (2012), Aplikasi pupuk kascing dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Disebar
     Kascing disebar rata dipermukaan tanah yang telah dicangkul/dibajak
2.    Dalam larikan
   Kascing ditempatkan dalam larikan, dalam barisan tanaman atau diantara baristanaman.
3.    Ditugal
     Kascing diletakan dalam lubang tanam atau di pinggir lubang tanam.
Takaran kascing Dapat disesuaikan dengan takaran bahan organik lainya, sekitar 10-30 ton/ha, tergantung kepada kesuburan tanahnya. Jika tanahnya telah kaya akan cacing tanah (pemberian kascing berulang-ulang)takarannya makin dikurangi, dan selanjutnya tinggal memberikan bahan organikn sajah sebagai makanan cacing yang telah berkembang dalam tanah (Fauzi, dkk. 2012).

























BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan pupuk kascing dilaksanakan pada hari Senin, 27 Maret 2017 Pukul 16:30-selesai di Ex-Farm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk kascing adalah bambu, 8 buah balok kayu ukuran 80 cm, 2 buah balok kayu ukuran 100 cm, 4 buah balok kayu ukuran 30 cm, 2 buah palu, ½ kg paku 2 cm, 1/3 kg paku 7 cm, insect net hijau ukuran 120 cm dan 1 buah gergaji.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ½ karung serbuk gergaji, 1 ember pupuk kandang dan cacing.
3.3 Prosedur Kerja
            Prosedur kerja dari pelaksanaan praktikum pembuatan kascing adalah sebagai berikut:
3.3.1        Proses pembuatan kandang cacing
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.    Memotong bambu dan balok kayu sesuai ukuran dengan gergaji
3.    Membuat kandang cacing dengan memasang bambu dan balok kayu
4.    Menguatkan pemasangan setiap potongan balok dan bambu dengan paku
5.    Memasang insect net di atas kadang cacing sebagai penyangga bahan agar tidak jatuh ke bawah
3.3.2        Pencampuran bahan
1.    Menentukan komposisi bahan yaitu 1 ember pupuk kandang dan 1 ember serbuk gergaji
2.    Mencampur serbuk gergaji dengan air sampai basah
3.    Memasukkan pupuk kandang dan serbuk gergaji basah ke dalam kadang cacing
4.    Mencampur pupuk kandang dan serbuk gergaji di dalam kandang cacing
5.    Memasukkan cacing ke dalam kandang
6.    Menutup kandang dengan pelepah pisang





























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambar
Hasil yang diperoleh dari praktikum pembuatan pupuk bekas cacing (kascing) adalah sebagai berikut:


 


4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum, dapat diketahui bahwa cacing merupakan salah satu organisme yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik yang disebut sebagai “kascing”. Pembuatan pupuk bekas cacing ini dilakukan melalui langkah metodologis, mulai dari penyiapan alat dan bahan, pembuatan kandang, pencampuran bahan, pemeliharaan cacing, hingga pengaplikasian pupuk kascing. Pada praktikum yang dilaksanakan, metodologi yang dilakukan hanya sampai pada pemeliharaan cacing pada kandang. Hal tersebut terjadi dikarenakan waktu yang diperlukan untuk sampai pada tahap akhir yaitu pengaplikasian pupuk tersebut.
Seperti yang kita ketahui dari beberapa hasil penelitian, membuktikan bahwa cacing memang sangat berperan penting dalam hal kesuburan tanah. Cacing adalah suatu makhluk makro yang beradadalamtanah, sebagaipenguraijasadlain, mulaidarihewan yang mati, daungugur, akar yang matihinggajasadmanusia yang telahtutupusiahinggabatukapur. Untuk itulah digunakan organisme ini untuk pembuatan kascingyang pada tahap akhir bermanfaat untukpertumbuhantanamansecara optimal karenaselaindapatmemperbaikisifatfisik, kimia, danbiologitanah (khususnyapadatanah yang kurangsubur), juga tidakmemberiefeknegatifterhadaplingkungannya.
Pembuatan kascing yang dilakukan pada praktikum memang menggunakan bahan-bahan organik tanpa bahan kimia lain yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Bahan-bahan tersebut berupa serbuk gergaji, pupuk kandang dan beberapa bahan organik lain. Hal tersebut dilakukan selain sebagai tempat pemeliharaan cacing, juga untuk mengalami proses dekomposisi agar mudah terurau dan tidak berdampak buruk pada lingkungan sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya.
Keberhasilan pembuatan pupuk bekas cacing ini dapat dilihat dengan memperhatikan kondisi kasat mata dari serbuk gergaji dan pupuk kandang yang awalnya masih berukuran besar dan pada akhirnya berbentuk kecil seperti tanah. Partikel-partikel kecil tersebut merupakan hasil dekomposisi dari cacing. Proses dekomposisi yang dilakukan cacing adalah dengan memakan bahan-bahan tersebut dan menguraikannya, sehingga hasil akhir dari proses penguraiannya adalah kotoran cacing. Jika diperhatikan dengan seksama, kotoran cacing memang berukuran kecil seperti tanah liat namun tidak mengeluarkan bau yang menyengat. Keberhasilan pembuatan pupuk kascing juga dapat diperhatikan dari jumlah organisme cacing yang awalnya sedikit kini bertambah banyak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Simanjuntak (2009), bahwa cacing mengonsumsi bahan-bahan organik dalam tanah untuk pertumbuhan, perkembangan dan produktivitasnya.
Pengaplikasian dari pupuk kascing ini belum dilakukan, tetapi berdasarkan hasil penelitian, pengaplikasiannya tidak beda jauh dengan pengaplikasian pupuk kandang. Hasil dari pengaplikasian kascing ini memang sangat bermanfaat besar terhadap kesuburan tanah dan berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang terdapat pada media dengan pemanfaatan kascing. Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2009),  bahwa dengan pemberian bahan organik 2.5 g kascing bibit dapat menghasilkan bobot kering tanaman jagung sebesar 53.53 g/pot, lebih tinggi bila dibandinkan dengan yang tidak diberi bahan organik yang hasilnya hanya 38.47% g/pot. Selain penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak, masih banyak penelitian lain dengan objek berbeda yang menghasilkan output yang positif bagi kesuburan tanah dan produktivitas tanaman.























BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Kascing sebagai pupuk bekas cacing yang dibuat dari bahan-bahan organik dengan bantuan organisme berupa cacing memang sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. Hal tersebut terjadi karena pada pupuk kascing, berbagai unsur hara baik unsur hara mikro maupun unsur hara makro telah tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal tersebut dibenarkan karena berbagai jurnal hasil penelitian memang telah menginformasikan tentang keuntungan yang dihasilkan dengan pemanfaatan kascing.  Penggunaan kascing memang sangat bermanfaat dalam bidang pertanian konvensional, dimana penggunaan kascing tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
5.2    Saran
Ada baiknya jika hasil dari praktikum pembuatan pupuk bekas cacing ini langsung diaplikasikan pada beberapa tanaman, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kascing pada tanaman.














DAFTAR PUSTAKA
Oka, A.A. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Pada Pertumbuhan Kangkung Darat (Ipome reptans Poir). Universitas Muhammadiyah Metro. J. Sains MIPA, Vol. 13, No.1, Hal:26-28, ISSN:1978-1873.
Simanjuntak, Dahlia. 2009. Manfaat Pupuk Organik Kascing dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Tanah dan Tanaman. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Volume 2, Nomor 1, April 2004:1-3
Arifah, S.M. 2014. Analisis Komposisi Pakan Cacing Lumbricus sp. Terhadap Kualitas Kascing dan Aplikasinya pada Tanaman Sawi. Jurusan Biologi Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal Gamma, Vol.9, No.2, ISSN: 0216-8995.
Fauzi, dkk. 2012. Aplikasi Naungan dan Pupuk Kascing Untuk Pertumbuhan dan Perkembanga Bibit Kakao Hibrida (Theobroma cacao L.). Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Nahampun, R.D.C. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Di Pre-Nursery. Medan: Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumetera Utara.